Saya masih ingat jelas saat usia 21 tahun dulu dokter berkata bahwa saya kena FAM (Fibroadenoma Mamae). Sebuah benjolan di payudara kanan dan harus diangkat. Entah kenapa, saat itu saya tidak takut dan nervous sama sekali. Justru excited karena akan menginap di rumah sakit untuk pertama kali.
Setelah dioperasi, benjolan yang kata mama sebesar bola-bola daging giling itu diobservasi untuk dilihat apakah itu benar-benar FAM atau tidak, apakah ada akarnya atau tidak, apakah harus ada treatment lebih lanjut atau tidak. Dan syukurlah, tidak ada akarnya, positif FAM, dan tidak perlu ada treatment lanjutan.
Setahun kemudian, gantian Bapak saya yang harus menjalani operasi karena benjolan di lehernya. Tindakan yang sama dilakukan oleh dokter yang sama pula. Diambil benjolannya dan diobservasi. Tapi hasilnya beda. Bapak positif kena Kanker Kelenjar Getah Bening dan harus kemoterapi 1 paket yaitu 6 kali.
Satu hal yang kami syukuri bersama, kankernya belum sampai tahap stadium tinggi sehingga sekarang Bapak sudah dinyatakan bebas dari kanker kelenjar getah bening itu.
Mulai saat itu, saya benci rumah sakit. Saya enggak mau menginap di rumah sakit. Itu artinya saya harus sehat. Keluarga saya juga harus sehat. Sekalipun sudah punya asuransi kesehatan, sehingga tidak perlu pusing-pusing biaya berobat, tapi sakit itu melelahkan. Buat yang sakit, juga buat yang mendampingi. Read more