Dari Drama Korea, The Moffats, Sampai Teenager Parenting Style

image

Ada dua hal yang bisa bikin saya bahagia, selain anak dan keluarga, naik gaji, bonus turun, dapet job review, shopping, ditraktir, traveling, dan menang kuis. Loh, kok banyak? Iya, saya mah gampang dibuat bahagia. :))))

Balik lagi ke dua hal lain yang saya maksud tadi, yaitu drama korea dan boyband 90an.

Minggu ini, setelah dibuat mabok “She Was Pretty”, dan baru menyadari kalo Park Seo Joon itu ganteng maksimal. Lumayanlah, buat nggantiin Lee Min Ho sementara yang lagi wamil. Saya juga lagi mabok sama boyband asing 90an. The Moffats, Backstreet Boys, Boyzone, Nsync, 98 degrees, NKOTB, Westlife.

Sepanjang hari, playlist yang muter di komputer saya cuma ganti-gantian boyband itu. Ketimbang rumus phytagoras atau volume tabung, saya hafal mati semua lirik lagu-lagu mereka. Sambil kerja, berulang kali mulut ini ikutan menyenandungkan lagunya. Bahkan sore saat mandi pun, saya karaoke lagu-lagu itu dengan shower dan sabun.

Read more

When My Parents Tell Me About Money

 photo ferris wheel quote_zpsbkpcm8rf.jpg

Semua kebiasaan kita, pasti ada kebiasaan orangtua di dalamnya. Bahkan pemilihan merk produk-produk rumah tangga, secara enggak sadar saya pilih yang biasa dibeli mama saya.

Semua karakter kita, pasti ada karakter orangtua di dalamnya. Jadi tiap saya curhat ke Si Bapak, tentang mama yang kadang ngeselin, dia cuma bilang, “Lha kamu itu ya kayak gitu sifatnya. Persis!”

Trus cuma bisa cengengesan. Kalo gitu, berarti saya kesel sama diri sendiri dong. :)))))

Termasuk urusan finansial, saya belajar banyak banget dari orangtua saya. Dari Bapak yang gigih dan pekerja keras, dan dari Mama yang sederhana, hemat, dan pintar atur keuangan.

Melihat saya yang boros dan suka belanja, enggak heran kalau Mama dan Bapak khawatir luar biasa. Gaji pertama dipake foya-foya, traveling ke sana-kemari, beli baju, tas, dan sepatu ter-heitz. Pernah saking khawatirnya, Mama dulu minta saya print buku tabungan, buat cek keuangan saya. :))))

Dan setelah saya menikah, sekalipun mama sudah tidak terlalu cerewet lagi urusan keuangan, tapi mama tetap mewanti-wanti saya untuk mengatur keuangan rumah tangga sebaik mungkin. Sudah punya suami, sudah punya anak, sudah punya keluarga yang lebih besar lagi, sudah punya tetangga yang biaya sosialisasinya lumayan, dan sudah punya tanggung jawab yang lebih besar lagi. Read more

When Mother vs Mother

when mother vs mother

Jadi, maksudnya mother di sini adalah ibu kita (ibu kandung atau ibu mertua) yang prinsip-prinsip parentingnya biasanya beda sama kita yang udah jadi ibu.

Hayoo.. Siapa yang prinsip parentingnya enggak beda dan enggak pernah ngerasain konflik dengan ibu? Sekecil apapun itu, sekecil biji sesawi, pasti pernah dong..

Nih, list hal-hal yang biasanya jadi pertentangan antara ibu dengan ibu.

 

– Udah enggak usah susah-susah perah ASI. Kasih sufor aja beres kan.. Di kantor kamu enggak repot, di rumah anak tenang.

Kampanye ASI itu emang kenceng banget ya di lingkungan kita. Tapi belum tentu kenceng juga loh di ibu-ibu kita. Makanya ada konselor ASI, karena buat saya konselor ASI itu gunanya buat ngasih tau ibu-ibu kita. Biasanya, ibu-ibu baru sadar ketika yang ngasih tau dari pihak ketiga. Tapi kalo yang ngasih tau anak sendiri. Mungkin mikirnya, “Iihh.. anak baru kemarin sore jadi ibu aja udah mau ngajarin ibunya tentang ASI.”

Lagian, benernya pumping di kantor itu enggak repot bin ribet kok. Apapun yang dilakukan dengan senang hati pasti bakal dinikmati kan ya. Tantangannya itu biasanya tempatnya, waktunya, atau cibiran dari rekan kerja yang enggak paham pentingnya ASI.

Iya, masih ada banyak loh, kantor-kantor yang tidak memfasilitasi karyawannya untuk bisa pumping di jam kerja. Kalo saya sih ya, pumping aja di ruang meeting atau di mushola (kalo enggak dipake), pilih jam-jam di luar jam biasanya meeting (lagian pumping itu paling cuma 30 menit), dan… cuekin aja kalo ada cibiran dari mereka yang nyinyir sama perjuangan kita. Mungkin dia belum pernah punya anak, atau.. mungkin dia butuh liburan. :))

(Baca: Semangat NgASI, Bunda!)

Read more

#MyLifeAsEditor 8: Kisah Little House dan Laura Ingalls Wilder

laura-ingalls-wilder-quote
source

Kecintaan saya sama buku itu nurun dari Mama. Sejak muda, Mama itu magazine-holic (secara belum njaman internet yaa). Jadi kesibukannya di rumah diisi dengan masak, momong anak, baca majalah. Mama enggak begitu suka nggosip. Dateng ke rumah tetangga trus nggosip, is not her style. Tapiii… kalo didatengin untuk berbagi gosip, nah… itu baru sering.

Sambil nunggu anaknya pulang sekolah dianter sama mobil antar-jemput, Mama baca majalah sampe ketiduran. Trus anaknya pulang gedor-gedor pintu minta dibukain, tapi Mama enggak denger, trus akhirnya anaknya ngungsi ke rumah tetangga, dan numpang makan siang di sana. :))))

Beragam majalah dan tabloid sepertinya Mama pernah langganan. Mulai dari Sarinah, Pertiwi, Kartini, Wanita Indonesia, Nova, Aura, dan Femina. Waktu saya kecil, Mama kasih saya langganan majalah Bobo dan Donald Duck. Setelah saya beranjak remaja, Mama mulai kepoin bacaan saya, Kawanku, Gadis, Aneka, Anita, dan terakhir sebelum saya nikah… Cita Cinta.

Kalau dipikir-pikir, bacaan saya itu Mama banget. Kebanyakan majalah, tabloid, buku yang saya baca pasti Mama suka trus ikutan baca.

Seperti buku ini, buku favorit Mama sepanjang masa, dan akhirnya jadi favorit saya juga. Little House Series, kisah nyata perjuangan Laura Inggalls Wilder dan keluarganya di belantara Amerika tahun 1800an. Read more

Belajar Sambil Jalan-Jalan

jalan-jalan ke taman pintar 1

Rasanya hampir semua orangtua ingin anaknya jauh lebih pintar, lebih hebat, dan lebih sukses ketimbang dirinya. Begitu pula dengan saya. Saya ingin Luna tumbuh jadi anak yang sehat, pintar, baik budi pekerti, dan taat pada Tuhan.

Dalam mendidiknya menjadi anak pintar, saya menyadari satu hal. Bahwa pintar bukan berarti seorang anak bisa meraih nilai akademik yang tinggi. Bukan berarti berhasil masuk kelas IPA, bukan berarti berhasil lulus UN, bukan pula berarti lolos SBMPTN dan masuk jurusan Kedokteran. Saya percaya, semua anak itu spesial dan istimewa. Begitu pula anak saya.

Kalau ikan bisanya berenang, kenapa dia harus dipaksa terbang? Kalau anak lihai kesenian, kenapa saya harus memaksanya les matematika sampai malam? Kalau belajar tidak hanya duduk manis sambil membaca dan mengerjakan soal, kenapa saya harus mengekangnya dengan tidak boleh main keluar? Read more

Jangan Panggil Saya Bunda

IMG_20131130_114317Geng pumping kantor saya beranggotakan 3 orang; saya, Dila, dan Ani. Kami pumping di mushola kantor 2x, jam 11 dan 14.30. Di luar jam2 crowded orang sholat.

Enggak seru kalo selama pumping kami cuma diem2an. Dan kalo udah begitu, pasti salah satu dari kami akan berceletuk, “Ada cerita apa nih?”, “Ayo dong kalian cerita sesuatu.”

Cerita2 Geng Pumping memang selalu beragam. Mulai dari obrolan absurd, enggak penting, curhatan, gosip, tapi enggak dikit juga yang infomatif-inspiratif.

Nah kalo siang ini, pembicaraan kami agak enggak penting. Yaitu tentang panggilan orangtua oleh anak.

Saya manggil orangtua saya, Mama dan Bapak. Tapi saya mau membahasakan Luna untuk manggil kami orangtuanya, Ibuk dan Bapak. Alasannya, karena enggak mau ikut-ikut tren manggil Ayah-Bunda (bahasa kerennya, anti-mainstream #halah!), dan enggak mau terlalu kekotaan, manggil Papa-Mama. Apalagi keminggris, Mommy-Daddy. Kami cuma keluarga kecil yang tinggal di desa dan meniti karir di kota. #oposih? Read more

#Part5: Rasanya itu?

Rasanya mau menikah itu… Excited! Ya awalnya. Lalu ketika mendekati hari H-nya? Stresful! Serius.

Begini euforia emosi ketika saya (dan mungkin juga kalian nanti), akan menikah:

#1. Bahagia sangat, ketika impian menikah dengan orang yang dicintai, akhirnya direstui oleh orangtua dengan ikatan pernikahan yang sah.

#2. Ribet, saat harus mengurusi semua berkas-berkas administrasinya. Saya jadi rajin bangun pagi untuk pergi ke rumah Pak RT, Pak RW, Pak Dukuh, Kantor Kecamatan, Kelurahan, dan Gereja.

#3. Work out, rajin ngegym setiap sore, setelah tahu bahwa badan ini semakin melar. Saya enggak ingin, kebaya yang saya buat berakhir sia-sia di badan saya. Jadi olahraga ekstra itu jalan keluarnya. Read more

#Part2: Forget the Past dan Ready for the Future

Mama sekarang sedang hobi bersih-bersih. Setiap sudut rumah, tidak ada yang luput dari aksi bersih-bersihnya. Kalau boleh dapat penghargaan dari Gubernur, layaklah mama dapat penghargaan Adipura. Mulai dari batas ujung depan halaman rumah, sampai ke ujung belakang garasi. Mulai dari setiap kamar di lantai bawah, sampai ke langit-langit di lantai atas. Kamar saya yang penuh barang-barang (yang menurutnya tidak berguna), juga ikut kena sidak. Beliau merapikan semua buku-buku saya. Perlengkapan make-up. Sampai tumpukan kertas-kertas di laci meja.

“Rumah kita mau kedatangan tamu banyak. Jadi harus bersih semuanya,” begitu kata mama. Read more

Ada Apa Antara Mama, Anang, Krisdayanti, dan Ashanty?

Saya: Ma.. ma.. Denger deh, ini lagunya Anang – KD diputer lagi.

Mama: *tergopoh-gopoh sambil nenteng plastik belanjaan dari pasar*

Saya: Iya kan.. Mereka mau rujuk kali ya Ma..

Mama: Ah, bukan. Ini kan Anang sama Ashanty.

Saya: Tapi suaranya mirip Ma..

Mama: Kalau KD, lebih powerful, lebih melengking. Yang ini enggak keluar powernya.

Saya: Mama udah kayak juri Indonesian Idol ah..

Mama: Eh iya bener, kayaknya ini bukan KD deh.

 

Satu jam kemudian…

Read more