Rasanya hampir semua orangtua ingin anaknya jauh lebih pintar, lebih hebat, dan lebih sukses ketimbang dirinya. Begitu pula dengan saya. Saya ingin Luna tumbuh jadi anak yang sehat, pintar, baik budi pekerti, dan taat pada Tuhan.
Dalam mendidiknya menjadi anak pintar, saya menyadari satu hal. Bahwa pintar bukan berarti seorang anak bisa meraih nilai akademik yang tinggi. Bukan berarti berhasil masuk kelas IPA, bukan berarti berhasil lulus UN, bukan pula berarti lolos SBMPTN dan masuk jurusan Kedokteran. Saya percaya, semua anak itu spesial dan istimewa. Begitu pula anak saya.
Kalau ikan bisanya berenang, kenapa dia harus dipaksa terbang? Kalau anak lihai kesenian, kenapa saya harus memaksanya les matematika sampai malam? Kalau belajar tidak hanya duduk manis sambil membaca dan mengerjakan soal, kenapa saya harus mengekangnya dengan tidak boleh main keluar? Read more