Idealnya, punya anak itu kita tetap bisa makan dengan tenang. Duduk sendiri-sendiri melingkar di meja makan dan makan bersama tanpa bergantian shift dengan pasangan. Kita menyuap makan dengan cantik sambil melihat anak tertawa hepi karena belepotan makan sendiri di atas baby high chair-nya.
Tapi kenyataannya, boro-boro bisa makan cantik bersama-sama, dia mau makan aja sudah syukur banget. Dia enggak mainin makannya, melainkan mengunyah dan menelannya dengan cepat juga jadi keajaiban.
Tantangan jadi ibu muda jaman sekarang besar banget. Meski sebenarnya, besar-tidaknya itu tergantung cara pandang kita dan cara menanggapinya. Kalau yang hobi baper, ya jadinya besar. Kalau yang cuek bebek, ya mungkin biasa aja.
Pernah enggak kalian merasa gimanaaa… gitu ketika melihat teman-teman mengupload foto anaknya yang lucu, menceritakan tingkah laku anaknya, mendengar curhat teman tentang parenting style-nya, dan lain sebagainya. Padahal kita juga sadar bahwa parenting style kita adalah yang terbaik untuk anak kita yang enggak kalah lucu dan pintarnya ini. Tapi, coba jujur deh, tetep ngerasa gimanaaa… gitu kan. *maksa*
Pada dasarnya perempuan itu suka ngobrol, jadi apa-apa diceritain. Baik secara langsung, curhat via whatsapp, bbm, atau mungkin upload foto-foto anak dengan caption cerita pendek tentang aktivitas anak dan tumbuh kembang anak. Lalu tanpa disadari efeknya jadi panjang ke orang lain.
Dengan penuh gaya ala-ala psikolog peribuan, saya mencoba menganalisis. *benerin kacamata*. Ada 3 tipe ibu muda dalam menanggapi hal-hal tersebut.
Setelah jadi ibu, semuanya berubah. Mulai dari kebiasaan, emosi, sampai ke rutinitas. Dan yang paling mengganggu saat awal-awal Luna lahir dulu adalah rutinitas saya kacau balau.
Saya yang orangnya ambisius, perfeksionis, dan well planned ini berubah menjadi ibu yang gampang bete, karena anak mengubah daily routine-nya. Misal malemnya saya sudah rencanakan bahwa besok setelah Luna tidur pagi, saya mau kerjakan ini-itu dan saya tetep mau produktif sekalipun cuti 3 bulan. Tapi semua itu da-da bye-bye.
Saya pikir, kerjaan bayi usia 1 bulan itu cuma tidur doang, sehingga saya bisa bebas beraktivitas. Tapi kenyataannya, Luna ini neneners sejati. Kalau puting dilepas dari mulutnya, dia bakal kebangun dan nangis. Perfect! Rencana saya bubar jalan. Saya terkunci dan nempel terus sama Luna.
Tiap pas Si Bapak pulang kerja, saya ngadu sambil nangis, “mau kerja aja di kantor.” Yess, seketika saya kangen kerja kantoran. Padahal cuti masih ada 2 bulan.
Tapi setelah sekarang kerja kantoran. Apalagi Luna udah 2 tahun dan lagi lucu-lucunya gini, jadi pengin kerja di rumah aja. Cuma enggak tahu deh, kalo dipraktekin beneran betah apa enggak. Hahaha…. *manusia labil*