Saat Anak Sering Sakit Batuk (1)

Kalo anak sakit itu pasti bikin hati emak-bapaknya kebat-kebit. Rasanya pingin mentransfer sakit itu ke tubuh emaknya aja, dan membiarkan anak sehat dan ceria terus.

Aluna termasuk anak yang sering batuk. Kalau udah batuk, sembuhnya lama, bisa sampe berminggu-minggu. Persis kayak saya.

Kalau kata bapaknya Aluna, “Batuk kalian itu tipe batuk lebay.”

Lha habis gimana lagi, kalau enggak dibatukin lebay, gatel di tenggorokan ini susah ilang.

repotnya, kalau udah batuk bisa sampai muntah! setelah muntah, baru bisa tidur nyenyak. :(
Repotnya, kalau udah batuk bisa sampai muntah! Setelah muntah, baru bisa tidur nyenyak.

Awal-awal Aluna sakit batuk, saya obatin pake obat batuk biasa yang bisa dicari di apotek terdekat. Katanya artikel-artikel kesehatan itu kan, batuk biasa akan sembuh dalam 2-3 hari dan enggak perlu antibiotik. Karena kalau anak kebanyakan antibiotik, enggak baik juga buat tubuhnya.

Saya jadi takut ke dokter. Karena menurut saya, dokter-dokter suka ngasih antibiotik. Katanya kan, harus cari dokter yang RUM (Rational Use Medicine). Dan menurut saya, itu sama aja seperti mencari jarum dalam jerami. Dunia kedokteran udah dimainkan sama dunia farmasi.

Akhirnya, saya gelontori Aluna sama obat batuk biasa itu. Sembuh sih… Tapi lama. Dan, seminggu kemudian muncul lagi.

Haduh!

Padahal saya enggak ngasih Aluna antibiotik loh. Bukannya artikel-artikel itu nulis bahwa kalau anak dikasih antibiotik, maka dia bakal sering sakit.

Gimana ini, mana yang bener?

Panik semakin mendera saat tiba-tiba mendapati di belakang telinga Aluna, ada benjolan kecil. Pikiran aneh-aneh muncul. Akhirnya saya putuskan untuk ke dokter saat itu juga. Read more

Semangat NgASI, Bunda!

Breastmilk vs Formula Nutrition
Breastmilk vs Formula Nutrition

Malam itu, bb saya berdenting, ada notifikasi message FB masuk. Sebuah pesan dari teman kuliah saya yang sekarang sedang hamil 8 bulan dan galau dengan proses kelahirannya besok. Tapi kali ini dia tidak menanyakan tentang proses kelahiran, melainkan menyusui. Satu hal yang sering banget kita lupakan karena sudah terlalu bahagia dengan berita kehamilan dan terlalu sibuk menyiapkan pernak-pernik untuk menyambut kelahirannya besok. Dan hal ini pula, sedikit saya lupakan ketika hamil Luna dulu.

Sekalipun saya ini anak ASI juga (18 bulan ASI full), tapi kesadaran saya untuk menyusui bukan datang dari orangtua melainkan dari dokter bedah. Iya, jadi di usia 20 tahun dulu saya kena Fam, sejenis tumor jinak di dalam payudara. Akhirnya, dioperasilah PD kanan saya untuk diambil benjolan Fam-nya. Setahun berlalu, dan benjolan itu muncul lagi di PD kiri. Ya Tuhan, saat itu saya takut dan sedih banget. Mana waktu itu barusan putus sama mantan pacar, jadi makin berasa terpuruk karena tidak ada yang mendampingi saya menghadapi cobaan ini. Saya takut setelah dioperasi bakal muncul lagi yang lainnya di semua PD saya, terus ini akan merembet ke kanker. Huaaa….

Tapi waktu itu dokter bedah saya bilang gini, “Ini memang sebaiknya diambil, tapi enggak usah buru-buru. Kalaupun diambil juga enggak akan menjamin besok kamu enggak kena lgi. Karena ini muncul akibat hormon yang berlebih. Solusinya, pola makanmu diatur, jangan makan yang berlemak seperti tart yang penuh whipped cream, makanan instan, juga makanan ber-MSG. Dan satu lagi, segeralah menikah lalu hamil dan anak sudah lahir wajib disusui dengan maksimal.” Read more

The Art of (wanna be) Mother

Hope and pray. Itu yang sering diucapkan dokter saya selama kehamilan anak pertama ini. Setelah dibuat nangis oleh 2 dokter lain, akhirnya pilihan saya jatuh kepada dokter ini, dr. Danny Wiguna dari RS Panti Rapih (RSPR).

Kebetulan banget, saya emang ngerasa nyaman dengan rumah sakit langganan keluarga ini, tempat saya dan suami dulu dilahirkan, dan katanya… rumah sakit sayang ibu-anak. So, meski sebelumnya sempet cek-ricek rumah sakit lain, tetep ujung-ujungnya balik juga ke rumah sakit ini.

Tapi sejak awal kontrol kehamilan, saya enggak pernah kontrol di rumah sakit ini. Bukan kenapa-napa, mahalnya itu bo.. Bisa 3x lipat daripada saya priksa di klinik dokternya langsung. Jadi mumpung searah sama jalan pulang, saya selalu kontrol di tempat praktik dr. Danny di Apotek Dina Farma Jl. Godean. Di rumah sakit, saya cuma ambil kelas senam hamil dan hypnobirthing. Itung-itung bekal buat kelancaran lahiran normal.

Saya bersyukur, karena sejak awal hamil, anak ini enggak rewel. Saya enggak sempet mengalami morning sickness yang parah. Muntah-muntah bisa diitung pake 5 jari. Makannya lancar banget. Dan enggak ada ngidam aneh-aneh. Nyaman banget pokoknya.

Sampe di trimester ketiga, satu per satu kabar tidak mengenakkan datang dan bikin pikiran. Read more

Ibu Hamil Favorit

Kesuksesan seorang istri tidak pernah lepas dari peran suami yang senantiasa mendukungnya.

Dokter kandungan saya, dr. Danny Wiguna bilang, “Besok tanggal 21 April, ikutan Lomba Ibu Hamil Sehat dan Cerdas ya di Panti Rapih.” Lalu, dengan semangat ’45 berangkatlah kami ke RS Panti Rapih. Yah.. itung-itung iseng berhadiah, kalau menang ya syukur.. kalo enggak ya bisa buat nambah pengalaman dan pengetahuan.

Berbekal kartu KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) yang didapat gratis di Puskesmas, KTP, dan biaya pendaftaran Rp30.000. Saya dapet goodie bag dari Prenagen dan saya siap untuk berlaga di ajang pemilihan Ibu Hamil Sehat dan Cerdas 2013. Hohoho….

Ketika masuk ke lti.3 tempat berlangsungnya lomba, saya langsung antri untuk diperiksa oleh seorang bidan. Uhmm.. ini kedua kalinya saya diperiksa bidan, yang pertama di Puskesmas. Alibi doang sih, karna saya cuma pingin dapet gratisan kartu KIA-nya. Hihihi… Dan jujur aja—entah karna saya saat itu sedang dalam kondisi fit atau tidak—diperiksa sama bidan Panti Rapih sentuhan dan tekanan tangannya lebih soft ketimbang bidan Puskesmas, jadi perut saya enggak sakit. Read more