Mengenal Metode Reading Aloud

Mengenal Metode Reading Aloud

Membacakan buku cerita anak itu ternyata enggak sesimpel yang saya pikirkan sebelumnya. Flat, nada datar, ubah intonasi secukupnya. Selesai.

Salah total.

Bahkan saya baru tahu akhir-akhir ini, bahwa ada yang namanya Metode Reading Aloud. *langsung merasa gagal sebagai editor buku* -____-

Reading aloud tidak sebatas membacakan cerita dengan suara keras saja, melainkan juga memainkan unsur teatrikal di dalamnya.

Metode reading aloud diperkenalkan oleh Jim Trelese dalam bukunya “The Read Aloud Handbook”. Pada prinsipnya, metode reading aloud merupakan metode membaca paling efektif untuk anak-anak, karena metode ini bisa mengondisikan otak anak untuk merasakan bahwa membaca adalah aktivitas yang menyenangkan.

Misalnya, cerita tentang alam, binatang, alat transportasi, character building, semua sebenarnya bisa dieksplore lebih jauh lagi. Bisa dengan memainkan boneka tangan sambil membacakan dongeng fabel, menggerakkan kereta anak sambil membacakan cerita Thomas and friends, mengajak boneka Hello Kitty kesayangannya untuk ikut didongengi juga, membacakan cerita kenapa turun hujan di depan teras rumah saat hujan sedang turun. Dan masih banyakkkk lagi.

Poin utama metode ini adalah bahwa membaca bukanlah aktivitas yang membosankan. Membaca enggak cuma duduk manis di atas kursi atau di kasur sebelum tidur. Bahkan jalan-jalan di taman pun, kita bisa sambil membaca buku, membacakan ensiklopedi tanaman misalnya.

Sudah pada tahu semua kan ya, usia emas atau golden age adalah 0-5 tahun. Di masa-masa ini, otak anak mampu menyerap banyak sekali hal. Tapi bukan berarti lantas kita menjejali otak mereka dengan berbagai macam buku ensiklopedi, lalu mereka nanti stres, atau terbebani untuk bisa baca.

Karena poin metode reading aloud yang harus dipahami bersama adalah BUKAN mengajarkan anak bisa membaca, tapi mengajak anak SUKA membaca.

Kapan metode reading aloud bisa dipraktikkan?

Sedini mungkin, bahkan sejak dalam kandungan juga bisa. Semakin dini anak dikenalkan dengan buku, mereka pun akan mencintai buku. Suka membaca, dan besok bakalan bisa membaca dengan sendirinya.

Lagipula, membacakan buku ke bayi di kandungan itu juga punya banyak keuntungan. Selain mendekatkan emosional ibu dan bayi, juga bisa menenangkan bayi karena mendengar suara ibunya yang teduh.

Manfaat Reading Aloud

1. Menstimulasi think aloud

Anak diajak untuk berpikir kritis, dan kreatif. Misal, saat membacakan cerita tidak lantas kita langsung membacakan solusi masalah di cerita tersebut. Bisa coba sekali-sekali tanyakan ke mereka, “Kalau Adik gimana ya caranya?”

Bahkan membacakan cerita itu tidak selalu harus duduk anteng. Karena pernah berkali-kali saat saya sedang membacakannya cerita, Luna tiba-tiba berdiri dan menuju ke rak mainannya. Dia mengambil salah satu mainannya dan memperagakan aktivitas yang sama dengan di buku, atau mengambil benda yang sama dengan di buku.

2. Mengenalkan literasi

Buku jelas sekali berpengaruh terhadap ketrampilan berbahasa anak. Misalnya saja Luna, yang kemampuan berbahasanya agak lebih lambat ketimbang teman-teman seusianya. Ketimbang mengajaknya menonton video Youtube atau bahkan TV, lebih baik membacakannya buku cerita. Jelas, bahasa yang akan muncul sudah disortir oleh kita kan…

Selain itu,reading aloud juga dapat menambah kosakata pada anak, terutama kosakata bahasa buku yang biasa dipakai. Anak juga mengenal bunyi-bunyian, intonasi, kemampuan mendengar, bicara, kemudian nantinya kemampuan membaca dan menulis.

3. Membangun keakraban

Ini poin penting yang saya utamakan. Apalagi saya kerja, enggak sepanjang hari saya di sampingnya. Selain bermain, membaca jadi salah satu aktivitas untuk mengakrabkan saya dengan Luna. Saya pingin Luna tahu, bahwa sekalipun saya tidak di sampingnya, tapi saya akan selalu ada buat dia. Termasuk untuk membacakan buku kesukaannya, saat saya sudah terlalu letih untuk melek.

Teknik metode reading aloud

1. Ajak anak ke toko buku, biarkan dia memilih bukunya sendiri, dan tugas kita selanjutnya, sesuaikan buku yang dipilihnya itu dengan usianya.

Ohya, info tambahan. Buku-buku yang ada di toko buku (terutama Gramedia) SOPnya adalah harus ada satu buku yang sudah terbuka plastic sealnya. Jadi calon pembeli bisa membuka dan membaca sekilas isi bukunya. Ini penting banget. Apalagi milih buku anak. Enggak semua buku cerita anak sesuai dengan pendidikan karakter anak usia dini, loh…

Dan kalau kalian mendapati ada buku yang enggak ada sampel buku yang sudah terbuka. Panggil pramuniaga toko itu, dan minta tolong dia yang membukakan. Biasanya dia akan mencarikan dulu buku yang sudah terbuka, siapa tahu keselip di rak lain. Kalau enggak nemu, dia akan membukakannya buat kita.

2. Bacakan dengan full expression. Diusahakan dramatis, dengan dialek, intonasi, dan body language.

Kalau kita perlu berkerudung selimut untuk menceritakan dongeng gadis berkerudung merah, kenapa tidak?

Kalau kita perlu membacakan dengan intonasi agak keras dan body language yang menurut kita konyol, kenapa tidak?

Kenapa harus malu di depan anak sendiri? Meski kita enggak sekelas Kak Wees, pendongeng sekaligus pendiri Rumah Dongeng Indonesia. Tapi di mata anak, kita ini pendongeng terbaik di dunia.

3. Tunjuk tiap kata yang tertulis, untuk mengenalkan aksara.

Terutama ini untuk anak yang sudah mulai dikenalkan huruf-huruf. Kalau saya sendiri belum mempraktikkan ini ke Luna. Dia masih 2 tahun 4 bulan, dan saya memang belum mau mengenalkan bentuk huruf dan angka. Sekalipun dia sudah hafal urutan angka 1-10.

4. Meminta anak menceritakan kembali isi bukunya.

Selain bisa menguji daya ingatnya, juga melatih kemampuannya bercerita. Kalau teman saya, selalu membiasakan anaknya menceritakan buku yang sedang dia baca saat itu. Bahkan sampai anaknya remaja.

Sejak seusia Luna atau 2 tahun, sebenarnya anak sudah bisa bercerita. Luna sesekali gantian menceritakan isi bukunya ke saya. Dan tiap pulang daycare, dia sudah bisa menceritakan kejadian apa yang terjadi di sana tadi.

5. Kenalkan penulis bukunya, ilustratornya, bahkan mungkin penerbitnya.

Enggak cuma mengenal masing-masing tokoh saja, tapi juga penulis, ilustrator, penerbit. Ini salah satu bentuk apresiasi terhadap orang-orang dibalik buku kesukaannya. Tidak banyak loh yang melakukan hal ini. Berapa gelintir sih, pembaca (buku anak terutama) yang aware sama penulis, ilustrator, bahkan penerbit. Mentang-mentang saya kerja di penerbit, bukan maksudnya gila perhatian ya.. Tapi, dengan mengenalkan peran orang-orang itu ke anak, lama-lama mereka dan kita pun akan tahu, mana penulis yang tulisannya bagus dan harus kita beli karyanya, mana penerbit yang keren, mana ilustrator yang gambarnya lucu-lucu. Dan terakhir, berterima kasih karena mereka telah melahirkan karya-karya yang luar biasa itu.

Yuk, bacain anak buku. Dimana aja, kapan saja. Enggak harus di rumah dan di kamar. Sambil nunggu antrian juga bisa. Yang penting adalah rutin dan konsisten. Karena itu kunci keberhasilannya.

Happy reading!

Baca juga setiap Jumat, [Reading Friday]:

#1000BooksForKids

8 thoughts on “Mengenal Metode Reading Aloud

  1. menarik! selama ini sih sebagian udah diterapkan, kecuali yang nunjukin kalimatnya.. biasanya cuma kasih liat gambarnya aja, dan ceritanya mengarang bebas berdasar kalimat cerita yang udah ada..

  2. Halo mbak Noni.. mau tanya nih, saya kan memang belum mengajarkan anak saya (usia 3,5thn) bahasa Inggris. Nah, apakah salah jika saya membacakan buku nyaring dengan buku2 bahasa Inggris? Mohon pencerahannya. Terimakasih

Leave a Reply to pipit Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *