Siapa di sini yang enggak follow akun IG @retnohening? Biasanya (biasanya loh yaa..) para ibu-ibu atau perempuan-perempuan lajang yang suka anak-anak, follow akun tersebut demi menikmati kelucuan dan coleteh polos Kirana. Tapi emang Kirana ini lucu banget ya.. Poninya enggak nguatin. Pipinya, gemesin pengin nyowel.
Kabar terakhir dari mereka, libur lebaran ini mereka mudik ke Indonesia. Kalau dulu pulang kampung masih aman-nyaman, sekarang Kirana sudah terkenal, jadi banyak yang nyamperin ke rumah. Ngajakin foto bareng, rekam video, dll. Akibatnya, lama-lama Kirana jadi enggak nyaman dan enggak ramah sama orang baru. Itu yang dikeluhkan sama ibunya dan diharapkan penggemarnya ngerti.
Ini tulisan #Familife kolab bareng Isti
Baca tulisan Isti di sini yaa..
Anak Foto
Curhatan pendek ibu Kirana ini membuat saya mikir ke belakang. Iya sih, Luna bukan bayi artis. Kalau ketemu orang lain di jalan juga enggak ada yang ngajakin foto. Lol, siapa eluu..
Tapi Luna dan Kirana itu sama-sama anak-anak yang bisa merasa enggak nyaman ketika semuanya sudah terlalu berlebihan. Dan sayangnya, tidak semua orang memahami itu, tidak semua orang tua memahami anaknya.
Semenjak menyeriusi hobi ngeblog dan aktif di sosmed, saya berubah jadi orang yang banci foto. Tiap lihat sesuatu yang menarik, foto. Tiap lihat backgroundlucu, foto. Main sama anak juga sambil pegang hape, biar enggak kelewat kalau ada moment lucu yang bisa dijepret. Alasannya, “Buat bahan blog,” “Buat update Instagram”, atau kalo sindiran suami, “Instastories lagiii..”
x____x
Dulu saat Luna masih kecil semuanya aman-aman aja. Gerakan dia juga belum seatraktif sekarang. Jadi masih bisalah setiap momen dijepret pake kamera hape. Tapi setelah makin besar, pas beruntung dia mau difoto, ehh.. tangannya gerak-gerak, jadi hasil jepretannya blur semua.. T___T *kode butuh kamera baru*
Dan setelah makin besar juga, dia sudah bisa menolak jika tidak mau difoto. Saya pegang hape dengan posisi agak tinggi aja udah diteriakin, “Aku enggak mau difoto!!” Padahal siapa juga mau motret dia. Misalnya dibujukin dengan segala cara juga tetap keukeuh di pendiriannya, “No foto-foto!!”
Apalagi difoto bareng temen-temen saat playdate bareng. Duh, susah ngajakin Luna foto bareng. Akhirnya, saya lebih memilih pose candid yang dia pas enggak lihat kamera. Biar dia enggak sadar kalau lagi difoto.
Itu baru usia balita. Pernah kepikiran gimana kalau dia udah ABG yaa.. Gimana perasaannya ketika tahu foto-fotonya di-publish ibunya di blog, di sosmed. Bisa-bisa dia ngambek atau ngamuk berat.
Buat beberapa orang yang anti memposting foto wajah anak ke sosmed, solusinya simpel. “Ya udah, mulai dari sekarang jangan posting foto anak.”
Tapi-tapi, entah kenapa seringkali ada perasaan membuncah pengin mengabadikan momen-momen lucunya di sosial media. Sindrom mamah-mamah muda Indonesia. LOL
Kalau dulu motivasi awalnya cuma pengin mengabadikan momen, lama-lama setelah lihat feed foto-foto di Instagram pada bagus-bagus, lihat foto bayi-bayi selebgram yang lucu-lucu, kemudian mulai terbakar motivasi untuk membuat postingan serupa. Kalau bisa memotret dengan baik tanpa harus memaksakan anak, bagus sii.. Tapi kalau udah mulai memaksa anak berpose ini-itu, freeze dulu pose-nya, senyumnya ayo yang manis. Damn! Lama-lama Instagram bikin ibu-ibu banci foto anak ini jadi tertekan.
Baca juga: Ibu, Montessori Tidak Sebatas Itu
Pelan-pelan, saya berusaha untuk detoks tekanan foto-foto bagus (dan jumlah follower) di Instagram. Saya enggak mau Instagram bikin saya kelabakan karena baru cuma punya follower sekian, masih jauh dari follower ibunya Kirana. Saya enggak pengin, demi foto cantik untuk feed di Instagram dan Blog, saya lantas memaksakan Luna difoto dengan pose tertentu.
Anak-anak itu sama seperti orang dewasa, bisa bete ketika ada sesuatu yang tidak menyenangkan, serta tidak selalu mau bertingkah lucu dan menggemaskan.
Kalau kita ingin anak-anak menghormati kita orang-orang dewasa ini, kenapa kita tidak memberinya contoh dengan menghormati mereka terlebih dahulu.
Dengan tidak memaksanya,
- mengambil foto/video jika dia memang sedang tidak nyaman difoto/direkam video.
- menjawab semua pertanyaan-pertanyaan kita.
- menyanyi ketika dia hanya mau menyanyi kalau sama orang tuanya.
- menari ketika badannya sedang tidak nyaman tapi sulit menjelaskan rasanya.
- makan ketika dia benar-benar sudah menolak suapan terakhir.
- bermain aktivitas tertentu padahal dia tidak suka.
- belajar calistung di saat usianya masih terlalu dini.
- bersalaman jika dia sedang tidak nyaman bersalaman.
Baca juga: Jangan Memaksa Anak Bersalaman
Kita orang dewasa tidak suka dipaksa. Dipaksa follow akun Instagram tertentu, juga suka bete kan.. Kalaupun akhirnya follow, ya sudah deh.. demi pertemanan tetap aman terjaga, atau demi supaya dia tetap follow kita. LOL. Instagram oh, Instagram.
Kita juga mungkin pernah bete maksimal ketika tiba-tiba temen posting foto yang pose kita-nya sedang enggak banget. Niatnya cuma buat meme lucu-lucuan, tapi ternyata itu bikin kita seperti tidak dihormati.
Saya nulis ini sebagai reminder buat diri saya sendiri yang masih suka memaksa anak, membalas ngambek ke anak ketika dia tidak mau difoto buat produk endors, atau bad mood ketika udah traveling jauh-jauh dia ogah difoto.
And the bottom line is..
Perlakukan anakmu dan anak orang lain, seperti kamu ingin diperlakukan oleh orang lain.
Instagram ooooh instagraaam >.<
harus saling menghargai yaaa P:_
Salam kenal mbak, anak saya pernah di fase gak mau di foto karena ngikutin ayahnya. dan saya saba ikuti. tapi lama2 ngeliat sepupu2nya mau di foto akhirnya sekarang udah mau lagi.